Minggu, 23 Oktober 2011

Peran keluarga dalam perkembangan kepribadian anak

        Anak adalah karunia yang tak berbanding harganya yang diberikan Tuhan kepada para orangtua. Keluarga adalah tempat pendidikan pertama bagi tumbuh kembangnya kepribadian sang anak. Peran keluarga dalam perkembangan kepribadian anak sudah dimulai saat sang anak masih berada di dalam rahim sang ibu. Nilai-nilai keagamaan sangatlah penting pada saat-saat seperti ini, dan perilaku orangtua pun akan sangat berdampak kepada tumbuh kembang anak ketika lahir nanti, jika ditinjau dari segi agama.

       Ibu sangat memiliki peran penting dalam hal perkembangan kepribadian anak, karena ibu adalah sebagai tempat yang paling pertama dalam mendidik anak, itulah sebabnya kita mengenal dengan istilah "bahasa ibu". Ibu telah mendidik anaknya sejak masih di dalah rahimnya, jadi segala perilaku baik maupun buruk yg orangtua lakukan terlebih lagi ibu semasa mengandung, akan berdampak kepada kepribadian sang anak. Ini ditinjau dari sisi agama.

        Jika ada kepercayaan bahwa ibu hamil yang sering mendengarkan lagu classic ke perutnya untuk diperdengarkan kepada sang anak adalah untuk memberikan stimulus agar anak menjadi brillian/genius itu benar, dan masyarakat banyak yg mempercayainya, lalu bagaimanakah jika yang diperdengarkan itu adalah lantunan ayat-ayat suci Al-Quran? hmm...  coba fikirkan ini...  betapa dampaknya akan jauh lebih besar dari pada mendengarkan musik-musik classic dari barat. 

        Orangtua, khususnya ibu yang sedang hamil dan mengisi masa-masa kehamilannya dengan aktifitas keagamaan yang lebih extra dari biasanya akanlah sangat berpengaruh kepada sang anak. Lalu sekarang bagaimana ketika anak sudah lahir....???  ASI yang exclusive selama 2 tahun menurut syariat islam akan sangat berpengaruh kepada kecerdasan anak dan kepribadiannya. Tanamkan nilai - nilai keagamaan yang kuat sedini mungkin, untuk bekal sang anak mengarungi bahtera kehidupan yang complex ini.

        Seiring sang anak tumbuh besar, orangtua harus dan wajib memberikan contoh tauladan yang baik-baik kepada sang anak, dalam segala aspek. Orangtua tidak boleh memberikan dan mengajarkan hal berbohong yang kecil-kecilan kepada anak, contohnya "kalau ada orang yang cari bapak, bilang bapak sedang tidak ada di rumah/ pergi ya" ini adalah salah satu contoh kecil yang sangat berbahaya, yang secara lumrah orangtua ajarkan kepada anak. Mengajarkan anak untuk tidak jujur dan/atau berbohong kecil-kecilan adalah awal dari mendidik anak untuk menjadi pembohong besar(kelas kakap).  

      Peran keluarga dalam perkembangan kepribadian anak sangat besar pengaruhnya kepada anak. Seorang anak yang sering menerima hukuman fisik dari orangtuanya akan menyimpan rasa dendam dan benci terhadap orangtuanya dan akan mempraktekkan hal yang sama ketika dia menjadi orangtua kelak. Hal ini ditinjau dari aspek psikologis(kejiwaan) menurut para psikolog dan psikiater. 

          Sama halnya dengan seorang anak yang sering melihat orangtuanya bertengkar di hadapannya, apalagi sampai pertengkaran fisik antara kedua orangtuanya. Ini akan sangat berdampak negatif kepada sang anak pada lingkungan bermainnya, di sekolahnya. Sang anak menjadi pribadi yang keras dan menyukai kekerasan, bermain fisik terhadap wanita. Orangtua pun harus mengontrol tayangan televisi yang ditonton oleh anak-anak mereka. 
         
        Jangan samapai ada tayangan-tayangan dewasa yang mereka tonton tanpa dampingan orangtua, terlebih lagi dari media internet. Peran keluarga/orangtua adalah mengarahkan sang anak menjadi pribadi yang terbaik dalam segala aspek, baik Imtaq maupun Ipteq. Menjadi Insan yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.

-Aulia Rahman-












Tidak ada komentar:

Posting Komentar