“Nelayan kita mana mampu mengambil ikan di laut dalam tanpa peralatan
yang memadai?” kata seorang ahli ekologi manusia dalam sebuah berita.
Berita seperti ini rasanya sulit sy terima sebagai kenyataan pahit yang
melanda tanah air tercinta. Bagaimana tidak, sampai sekarang peralatan
bernelayan dan kualitas tangkapan mereka masih jauh dari cukup sebagai
seorang nelayan. Mereka itulah nelayan-nelayan tradisional.
Pada hakikatnya, Indonesia adalah negara kepulauan. Secara teori,
budaya maritim melekat kuat dalam tiap sendi kehidupan. Faktanya,
orientasi hidup manusia Indonesia jauh dari kemaritiman. Cita-cita
menjadi pelaut atau minimal bekerja di laut tidak pernah terdengar lagi.
Rupanya orang Indonesia engga cocok kerja di air. Dalam bekerja,
orientasinya bukan lagi membangun dan mencipta. Title & Employee-oriented mungkin, iya.
Semacam merasa malu dengan fakta sejarah yang ada. Melihat dulu
Sriwijaya adalah kerajaan yang perkasa dan memiliki armada laut yang
sangat kuat di wilayah perairannya…Melihat Majapahit yang bisa
menaklukkan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara…Melihat Suku Bugis
dengan Kapal Pinisi-nya…serta Suku Bajo yang hidup di atas rumah
perahu-nya…membuat Indonesia kini seperti negara tanpa sejarah—jika tak
ingin disebut sebagai negara yang melupakan sejarahnya.
Adalah kenyataan bahwa belanda menjajah kita. Dan kenyataan pula jika
mereka—secara langsung maupun tidak—mengubah kehidupan budaya dan
sosial kita. Segala aturan yang mereka bawa dan perilaku yang dihadapkan
kepada pribumi membentuk satu budaya baru di negeri Hindia pada saat
itu.
Banyak sekali unsur yang menyebabkan orientasi kemaritiman kita
hilang dari ingatan. Program tanam paksa—mereka dipaksa menanam tanaman
yang bukan maunya—dengan sukses menghapus ingatan tentang negeri bahari
itu. dan banyak peraturan yang tak memihak rakyat Hindia Belanda… Dengan
Batavia sebagai pusat pemerintahan saat itu (yang otomatis membuat
sentralisasi di dalam diri Hindia Belanda, alih2 otonomi tiap wilayah)
menjadikan Nusantara kehilangan arah dan bersikap inferior terhadap
bangsa dan budaya yang datang dari luar. Indonesia limbung mencari jati
dirinya.
Inilah, kita berada dalam satu kondisi di mana identitas negara kita
sedang dipertanyakan. Negara kita adalah Nusantara. Nusantara yang
secara morfologi terdiri dari morfem nusa (pulau) dan antara (lain/seberang)
adalah negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan
dari Pulau Miangas. Identitas diri ini terlupa.
Padahal kita memiliki Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara, menurut Prof. Dr. Wan Usman, adalah cara
pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara
kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam. Indonesia lupa.
Pemerintah lupa. Rakyatnya pun (dibuat) lupa. Akankah negeri ini kembali
mengingat dirinya sendiri yang gagah berani, yang bangga atas
identitasnya, alih-alih memamerkan ke-luarnegeri-an yang gandung pada
akhir-akhir ini?
jdulx apa ini
BalasHapus